jerawat

Jerawat? Dapatkah Kontrasepsi Jadi Solusi

Ketika dokter menemukan jerawat pada perempuan usia dewasa, perlu dicurigai adanya penyakit tiroid autoimun. Kontrasepsi oral efektif untuk terapi acne hiperandrogen dan pengaturan kelenjar minyak berlebih pada wanita.

jerawat

Jerawat batu

Acne merupakan masalah kesehatan kulit yang paling sering ditangani di klinik dokter sehari-hari. Menurut dr. Suksmagita Pratidina, SpKK, tersumbatnya folikel kulit paling banyak disebabkan produksi sebum dari kelenjar minyak, yang di stimulasi hormon androgen yang berlebih. Atau reseptor androgen di kulit yang terlalu sensitif.

Sebuah penelitian menyimpulkan, meningkatnya kadar serum IGF-1 dikaitkan dengan meningkatnya produksi sebum dan kejadian acne. Sehingga ketika dokter menemukan jerawat pada perempuan usia dewasa (postadolescent), perlu dicurigai adanya penyakit tiroid autoimun.

Aspek penting lain yang perlu diketahui adalah kadar kortikorotropin releasing hormon yang berubah saat terjadi stress, yang selanjutnya berperan pada regulasi dan funsi kelenjar sebaceous. Hal ini menjelaskan hubungan antara stress dan acne.

Pertanyaan selanjutnya, kapan seorang perempuan dicurigai mengalami acne yang akibat kelebihan hormon androgen? Berdasar beberapa penelitian, kondisi ini ditandai pada seorang wanita yang sebelumnya tidak pernah memiliki jerawat tiba-tiba terjadi jerawat cukup parah. “Atau ketika diterapi dengan obat-obat jerawat konvensional, kondisi jerawat pasien tidak mengalami perubahan sama sekali,” jelas dr. Gita.

Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG, menyatakan bahwa tanda lain yang dapat menjadi kecurigaan dokter terkait acne hormonal, adalah jika pasien wanita menunjukkan keluhan lain seperti hirsutisme, periode menstruasi yang menjadi tidak teratur, perubahan suara dan meningkatnya libido.

Terapi Hormon untuk Jerawat

Sejumlah penelitian mencatat bahwa penggunaan terapi hormonal untuk jerawat cukup efektif, meski pasien tidak memiliki gangguan hormonal. Juga aman dan cocok sebagai terapi jangka panjang untuk wanita dengan jerawat, karena terapi ini tidak menginduksi terjadinya resistensi bakteri. Meski demikian terapi hormonal hendaknya dikombinasi dengan obat lain, untuk mengatasi kemungkinan penyebab lain acne.

Terdapat beberapa pilihan terapi hormonal untuk jerawat ini, diantaranya androgen receptor blockers atau obat anti androgen, seperti spironolactone, cyproterone asetat dan flutamide. Atau penghambat produksi androgen dari kelenjar ovarium, atau adrenal seperti kontrasepsi oral dengan progestin dan drosperinon.

“Kontrasepsi oral bekerja dengan memberbaiki regulasi hormon dalam tubuh yakni estrogen, progesteron dan androgen. Selanin juga mampu mencegah efek hormon androgen pada kulit, yang selanjutnya mengurangi produksi sebum. Kontrasepsi oral ini terbukti efektif sebagai terapi acne hiperandrogen dan pengaturan kelenjar minyak berlebih pada wanita,” papar dr. Gita. Sementara terapi masa depan, seperti penghambat enzim androgen di kulit, saat ini masih dalam tahap penelitian dan perlu penelitian lebih lanjut.

Dr. Gita mengingatkan bahwa tujuan utama pengobatan jerawat adalah menurunkan produksi minyak, mengurangi kolonisasi bakteri P. acnes, menurunkan keratinisasi dan menghilangkan peradangan. “Dari sini praktisi kesehatan akan mengombinasikan dua atau lebih pilihan pengobatan yang ada, dan efektif mencegah lesi jerawat baru,” paparnya.

Selain pemberian antibiotik, penggunaan retinoid yang merupakan derivate vitamin A (isotretinoin), umum digunakan dokter untuk mengurangi minyak dan keratinisasi, meski penggunaannya dapat menimbulkan beberapa efek samping. Untuk informasi lebih lanjut hubungi kami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Jl. Raya Babelan, Bekasi 17610

Hubungi Kami Segera

Hubungi Kami Segera

0856 4766 2262

info@nuskinindonesia.net

Pendaftaran Member

Pendaftaran Member

Join Member Nu Skin